Rabu, 12 Oktober 2011

Humor: Repotnya Menguburkan Stalin


Ketika Stalin mati, para pembesar Uni Sovyet berunding tentang tempat di mana mayatnya mesti dikuburkan. Stalin adalah seorang kepala negara yang membuat Uni Sovyet menjadi negara besar yang disegani di era Perang Dingin. Namun masalahnya, ia juga dikenal sebagai diktator yang kejam terhadap siapa pun yang mencoba menentangnya. Kekejamannya lebih mencekam dibanding diktator yang berkuasa sebelum Stalin, yaitu Vladimir Lenin, yang telah dikuburkan di sebuah meusolium negara itu.

“Di sebuah negara tidak boleh ada makam dua orang diktator,” kata salah seorang pembesar Uni Soyet dalam perundingan itu.
“Lalu di mana mayat Stalin mesti dikuburkan?” tanya pembesar  yang lain.
“Bagaimana kalau dikuburkan di negara lain?”
“Ide bagus.”
 Para diplomat Uni Sovyet segera  melobi negara-negara yang dianggap memiliki hubungan baik dengan Uni Sovyet. Rupanya ada dua negara yang tertarik.
“China ingin Stalin dimakamkan di sana,” kata seorang diplomat.
“Tidak bisa, di sana sudah ada makam Mao Tse Tung,” jawab seoarang pembesar.
“Jerman juga berminat,” lapor diplomat yang lain.
“Boleh, tapi di sana ada mayat Hitler.” Jawab pembesar.
“Hitler dibakar, tidak ada mayatnya.”
“Iya, tapi abunya berseerakan di tanah negeri itu.”
Di tenagh kebuntuan,  muncul seorang diplomat  dengan langkah tergesa-gesa.
“Israel! Israel tertarik Stalin dimakamkan di sana,” kata diplomat itu.
Para pembesar dan diplomat Uni Sovyet pun merasa lega ada negara yang menerima mayat Stalin, diktator yang terkenal kejam itu. Namun di tengah suasana lega, tiba-tiba seorang pembesar teringat suatu hal.
“Jangan mau menerima tawaran Israel. Berbahaya,” katanya.
“Kenapa berbahaya?” tanya si diplomat.
“Karena orang Israel mempercayai kebangkitan setelah mati.”

Sumber: Mati Ketawa ala Russia

1 komentar:

Dwi Istanto mengatakan...

huakakakakaakkaakk.... ini humor kejam sekali! huakakakakakakaakk....

ya tuhan... ini kejam sekali. sungguh!

Setetes Makna

Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...

-- Pramoedya Ananta Toer