sekali ini
sekali ini, bukan mata dan tubuh
yang menampakkan kau dalam hatiku
tetapi, desiran nafasmu yang belum aku mengerti,
sampai saat ini
: kau rangkai nafas-nafas
yang tersendat-sendat dalam imajinasiku,
memberi seribu alasan untuk tafsirnya
sekali ini, bukan mata dan tubuh
yang menampakkan kau dalam hatiku
tetapi, desiran nafasmu yang belum aku mengerti,
sampai saat ini
: kau rangkai nafas-nafas
yang tersendat-sendat dalam imajinasiku,
memberi seribu alasan untuk tafsirnya
air mata
jika bukan air mata yang menghabiskan kesedihan, lalu
apa lagi yang dapat mengikis duka setiap insan.
tak dapat diletakkan satupersatu luka hati
dalam nampan. hingga dapat terpilah-pilah
...terpilih. untuk dihabiskan
tapi, hanya tawa, hanya tawa!
yang dapat menerbangkannya bersama angin
hingga tidak tertemukan lagi
pada air mata yang mulai lelah
dan habis. di mata setiap insan.
tersenyumlah. meski sekali tiupan nafas
malam
aku berikan api yang kau minta
kemaren saat kita bersama
di pojok lorong kota
mengantarkanku, untuk
mengenangmu dalam duka
: yang kau simpan
aku berikan tanah, yang lusa
kau minta, taburi tubuh ini
dipenghujung waktu yang mulai bosan
tapi,
aku hanya minta kau sirami aku
dalam keseimbanganmu
: dengan air dan;
bunga setaman
kemaren saat kita bersama
di pojok lorong kota
mengantarkanku, untuk
mengenangmu dalam duka
: yang kau simpan
aku berikan tanah, yang lusa
kau minta, taburi tubuh ini
dipenghujung waktu yang mulai bosan
tapi,
aku hanya minta kau sirami aku
dalam keseimbanganmu
: dengan air dan;
bunga setaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar