Kamis, 13 Oktober 2011

Info Buku: Tuhan, Puisi dan Revolusi Rakyat Arab

Adonis Mengilhami Perlawanan Dunia Arab

Oleh Ahmad Khotim Muzakka

Gerakan perlawanan rakyat di dunia Arab yang menumbangkan rezim otoriter tak semata digerakkan media jejaring sosial. Pesan-pesan perlawanan para penyair ikut membentuk pola pikir masyarakat.
 Tuntutan demokratisasi dan benih revolusi akhir-akhir ini berkecamuk di dunia Arab. Beberapa negara di kawasan itu, yang mulanya adem-ayem dengan pelbagai kontradiksi pola pemerintahan dengan sistem otokratik-otoriter-teosentris, satu demi satu menghadapi perlawanan dari rakyatnya.


Kabar yang kerap mewarnai media massa memperlihatkan betapa kejenuhan masyarakat telah begitu memuncak. Pemerintah nyatanya tak mampu mengangkat martabat bangsa sendiri. Kasus korupsi, ketimpangan sosial, dan pelbagai anomali kemudian membuhulkan kritisisme dan pada akhirnya melahirkan apa yang kerap disebut revolusi.

Berbekal jejaring sosial yang demikian marak, gerakan masyarakat tak dapat dibendung oleh otoritarianisme pemegang kekuasaan. Lalu, apakah peran jejaring sosial menjadi begitu signifikan untuk menggulingkan, misalnya, rezim Husni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun? Pertanyaan itulah yang coba dikupas Zacky dalam buku ini.

Revolusi yang sedang melanda beberapa negara Arab itu tidak bisa serta-merta dikatakan sebagai hasil seruan media jejaring sosial semata. Zacky pun menawarkan wacana menarik tentang peran para pemikir dalam meramaikan dinamika pola pikir masyarakat. Ia membeberkan pandangan Adonis, penulis dan penyair dari dunia Arab yang berhasil meraih Goethe Prize, April lalu.

Adonis lahir di Qassabin, Pegunungan Alawiyin, Suriah, pada 1930. Nama aslinya, Ali Ahmad Sa'fid. Dari tangannya, lahir syair-syair bernada revolusioner, yang menyerukan perlawanan ideologis dan menentang arus utama. Semasa kuliah, ia akrab dengan karya sastra besutan Nizzar Qabbani, Badawi Jabal, dan Nadin Muhammad, serta karya-karya sastrawan Prancis seperti Charles Bauldelaire (1821-1867) hingga sastrawan Australia, Rainer Maria Rilke (1875-1926).

Lewat buku yang bermula dari hasil studi kesarjanaan ini, Zacky memberikan penegasan ideologis bahwa perubahan paradigma masyarakat Arab tetap dipengaruhi pemikiran orang semacam Adonis. Adonis menilai, kebudayaan Arab yang dominan ialah kebudayaan kekuasaan. Rezim penguasa memisahkan antara agama-politik di satu sisi dan kebudayaan di sisi lain.

Dengan begitu, pengetahuan agama yang seharusnya dinamis berubah menjadi instruksi yang menetapkan hukum bagi semua. Tak mengherankan bila dinamika sosial akan tetap stagnan dan setia mengerami pemikiran yang jumud (statis). Segala kegiatan keagamaan tak boleh berhadap-hadapan langsung dengan kekuasaan.

Pelbagai anomali pun mencuat antara nalar yang dinamis dan pengekangan yang pragmatis. Di sela-sela inilah kekuatan imajinasi dan sastra menyelusup ke bilik pemikiran masyarakat. Kekuatan itu berbisik lirih, tak terasa, tapi memberi efek luar biasa terhadap dinamisasi nalar masyarakat.

Sastra, bagaimanapun, terbukti mampu merombak gagasan secara diam-diam. Pergerakan sastra memang tak bisa ditakar dengan ukuran-ukuran materiil, seperti produk kebudayaan yang kasatmata. Pemikiran di balik karya sastra bekerja pada level yang lebih tinggi, yakni menyerang batas kesadaran manusia untuk memutuskan sikap dalam menekuni dunia. Ia berada di ruang yang sering dianggap tak berharga. Padahal, di situlah awal mula munculnya gagasan yang menolak kejumudan.

Buku ini menemani kita menelusuri jejak-jejak "tak terbaca" tentang perjalanan revolusi yang begitu panjang. Adonis dengan lantang menolak nalar yang berasas pada kemanunggalan tradisi seperti di dunia Arab. Kebudayaan Arab mesti melakukan dialog lebih intensif dengan dunia luar. Sehingga nanti diharapkan mampu menjadi jembatan intelektual, yang pada akhirnya bisa mengawal perubahan yang lebih signifikan.

Pergolakan yang berlangsung di dunia Arab bisa jadi adalah imbas "suara-suara lirih" yang dikumandangkan tanpa kenal lelah itu. Buku ini menjadi semacam pengantar untuk mengenal gagasan Adonis, kandidat kuat peraih Nobel Sastra pada tahun ini.

Ahmad Khotim Muzakka
Penggiat Idea Studies Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang

Juli 2011
Penerbit: Kepik
Ukuran: 14 x 21
Halaman: xx+180

--------------------------------------------

Buku ini bisa dipesan sekarang juga dengan diskon 20% (jadinya Rp 36.000, belum termasuk ongkos kirim). Kirim alamat pengiriman ke INBOX FB ini, atau melalui email: geger255@gmail.com, atau sms 08561286005 (Geger). Buku akan dikirim melalui Tiki dengan garansi.


Lihat dan hubungi: Geger Riyanto/Penerbit Kepik Ungu

Tidak ada komentar:

Setetes Makna

Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...

-- Pramoedya Ananta Toer