Selasa, 02 September 2014

Tugu Jogja Malam Hari

Pada Malam hari, tugu jogja akan selalu dipenuhi anak-anak muda baik dari jogja maupun kota-kota lainnya. Di sana mereka mengambil foto, bersenda gurau, atau bermain sepeda. Tugu Jogja telah menjadi ikon kota ini sehingga orang-orang selalu mengaitkan diri dengan Jogja melalui tugu tersebut.

Aku sering lewat di tugu Jogja tapi belum pernah foto di sana. Paling aku hanya diduk di sana sambil merokok melihat anak-anak muda urban lagi pada mengambil foto. Rasanya mereka begitu ceria dan indah serta mempesona. Kalau saja aku bisa seperti mereka, dengan baju bagus dan percaya diri berfoto di sana.

Aku pun jadi ingat dulu tugu Jogja begitu sepi. Orang-orang malas ke tugu atau malu. Mungkin karena jaman itu kamera amsih merupakan barang mewah. Sementara sekarang sudah kayak tusuk gigi atau korek bagi setiap orang. Kalau udah begitu, aku berusaha mengenenal jogja sebagai ikon kota Jogja dengan sejarah dan buaday anak mudanya lebih dari sekedar Tugu Jogja

Minggu, 31 Agustus 2014

Sejarah Pers Indonesia dan Media Budaya

Sejarah Pers Indonesia dimulai dari media-media iklan di jaman penjajahan Belanda. Dari saja kemudian berkembang meenjadi media yang menjual informasi dengan iklan sebagai penopang media. Media-media tersebut pada awalnya adalah media-media kemeerdekkan seperti Harian Rakyat, Suluh Indonesia, Indonesia Raya, dan lain-lain.

Perkembangan berikutnya media semakin spesifik. Ada media politik, bisnis, gaya hidup, bahkan media humor. Lalu ada juga media buadaya seperti Kancah, Manusia, Horison, Basis, Lesbumi, dan lain-lain. Salah satu media budaya yang sedang naik daun adalah  Jogja Review dengan semboyan Jogja Bukan Sekedar Melihat karena menampilkan info seni, budaya dan politik dengan kemasan enternainmen sehingga digemari anak muda Jogja yang kebayakan adalah anak mahasiswa yang kritis dan kreatif.

Sabtu, 05 November 2011

Pesantren Sebagai Miniatur Indonesia


Imam hamidi Antassalam
Santri, penyair, dan eseis 

KETIKA di masa lalu Nusantara, terutama tanah Jawa, masih dikuasai oleh sultan dan raja-raja, kaum santri dari kalangan pesantren memiliki posisi sosial yang tinggi bahkan dapat dibilang istimewa.
Di dalam pesantren, seorang kiai kerap mengunjungi asrama atau kamar para santri untuk memperbincangkan segala perkara yang dihadapi —laik bahsul masail— baik yang ilmiah maupun alamiah, di samping akrab dengan masyarakat di sekitar pesantren. Hubungan masyarakat dan pesantren pun erat dan dekat, begitu menyatu.

Filsafat Wujud Sebagai Modus Interaksi Cinta dan Kebijaksanaan (Hikmah)


Soim Ginanjar
Alumni PP Miftahul Huda Cigaru

Kehidupan manusia yang serba-serbi serta unik merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima dengan cermat, lantaran serba-serbi kehidupan dapat membawa kehidupan manusia melebihi aspek sisi kemanusiaannya (jiwa insani) atau bahkan justru terjungkal begitu dangkal melampui derajat kemanusiaannya (jiwa hewani). Hal ini perlu kiranya diwaspadai secara cepat dan tanggap agar manusia tidak mengalami adanya keterasingan diri (alienasi).
Pengetahuan dan Spritualitas merupakan sebuah rangkaian tanggung jawab yang satu kesatuan bukan sesuatu yang terpisah. Pemisahan atau membedakan keduanya dalam sebuah sekat yang terpisah hanya akan menimbulkan penyakit perdaban yang kompleks seperti yang berkembang di barat dan abad modern ini. Tak hanya itu, efek inipun kini sudah merasuki nalar keagamaan. Sebut saja pemisahan antara yang sakral dan profan (sekulerisme) dapat dipandang turunan dari model pikir dualistik ini.

Jumat, 21 Oktober 2011

Puisi Santri: Edien Etqiya


Edien Etqiya
Santri Pesantren Cigaru


HILANGNYA KEINDAHAN HIDUP

Aku ingin terbang menggapaimu, 
Tapi amarahmu telah patah kan sayap – sayap ku
Akupun tak berdaya,
Aku hancur,

Dan ketika malam datang,
bintang yg biasa menyapa ku dengan rasi nya 
kini tinggal jejaknya
yang membekas di tata surya

Selasa, 18 Oktober 2011

SANG MAWAR

 Sebuah Cerita Untuk Sahabat Tercint 

Rose, karya Giorgia O'Keeffe
Oleh Robitul Ashar
Alumni Pesantren Cigaru
Tinggal di Patimuan

Pagi itu udara kering, angin menceriterakan betapa gersang alam saat kemarau, debu-debu terusik beterbangan menambah catatan kelam dedaunan. Mata memandang penuh harapan pada awan hitam dikejauhan. Sukma sekarat saat awan hitam tak bersisa, hanya menjelma embun pagi,yang hampir tiada arti. Sepenggal cerita balada anak manusia saat mengubur cintanya di padang sahara, karena cintanya menjadi seperti anak haram yang kelahirannya tak diharapkan, rasa sayangnya melimpah mengubur dalam-dalam kerinduanya yang tabu. Rasa kagum yang menggunung hanya mampu diceritakannya melalui sorot mata, inilah aku serang manusia yang terus berdiri di titik nadir.

Senin, 17 Oktober 2011

Suminah

Robitul Ashar

Robitul Ashar
Alumni Pesantren Cigaru
Tinggal di Patimuan, Cilacap

“Oalah… Pak, mengapa nasibmu seperti ini!”  
 Mbok Minah, demikian panggilan Suminah, menangis sejadi-jadinya sambil terus mengguncang tubuh suaminya. kedua putrinya disamping kanan kiri pun terus meratap. Para  tetangga hanya berdiri tertegun melihatnya, seakan tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka merubung jasad Sumarto yang dibaringkan di atas meja tua yang kaki-kakinya sudah terlihat usang. Tubuhnya ditutupi dengan kain jarit wajahnya terlihat tenang, kerutan kulit wajahnya yang keras dan hitam menunjukkan ia seorang yang tegar dan tak kenal menyerah. Dua puluh tahun terahir hidupnya ia jalani dengan berat dan penuh penderitaan. Karena hanya dengan bekerja sebagai tukang Penggayuh perahu untuk menyebrangkan orang-orang yang terus berlalu-lalang, dengan penghasilan yang minim dan tak cukup untuk menghidupi dua orang putrinya yaitu Sumini, yang akrab dipanggil Sumi, dan Suminem yang akrab dipanggil Inem. Dan Suminah istrinya membantu Sumarto dengan mencari daun pisang di pekarangan tetangganya untuk dijual ke pasar.

Kisah tentang Komunitas Muslim Indonesia di Philadelphia, AS

Berdirinya Masjid Kami

Achmad Munjid
Alumnus PP Babussalam Ciawitali,
Ph.D Cand. Temple University,
Imam Masjid Al-Falah Philadelphia
 
Al Falah, masjid kami, Komunitas Muslim Indonesia di Philadelphia, AS, berdiri secara hampir begitu saja.  Ia ditopang oleh empat pilar utama: kerinduan, kebersamaan, kehendak kuat serta kerja keras dan, tentu saja, susunan tatal doa-doa. Kami pun terus berupaya agar bisa memasang kubah mahkota paling berharga di atasnya: ikhlas. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kami untuk terus merawatnya, sebagai tempat bernaung bagi kehidupan lahir maupun batin kami semua.

Jauh dalam lubuk hati kami yang hidup di negeri sejauh ini, ditambah pengalaman sebagai bagian dari kaum minoritas yang cuma kira-kira 1% populasi penduduk Amerika (keseluruhan ummat Islam di AS diperkirakan sekitar 3-5 juta jiwa), kerinduan itu selalu menyala sejak semula. Kerinduan akan kampung halaman dan masa kecil, kerinduan akan keluarga dan sanak saudara, dan tentu saja kerinduan akan Yang Maha Mulia, membuat hati kami selalu gelisah ketika kebutuhan jasmani dan ruhani tak tertunaikan sebagaimana mestinya.

Sains: 14.000 Bintang Baru Terdeteksi

Nebula Carina, wilayah dimana 14.000 Bintang Baru terdeteksi

Ilmuwan NASA berhasil mendeteksi citra detail wilayah pembentukan bintang baru yang berjarak sangat jauh dari Bumi. Citra menakjubkan itu diambil dengan Chandra X Ray Observatory.
Berdasarkan publikasi Daily Mail, Minggu (16/10/2011), citra tersebut menunjukkan Nebula Carina, area lengan Sagitarius-Carina Bimasakti, di mana menjadi tempat kelahiran bintang-bintang baru. Sejauh ini, 14.000 bintang telah terdeteksi di area yang berjarak 7.500 juta tahun cahaya dari Bumi itu.

Studio Seni Tertua di Dunia Ditemukan

 Cangkang yang berisi oker sebagai bukti bahwa penduduk Afrika Selatan sudahmengenal studio sejak 100.000 tahun lalu.       
Arkeolog menemukan tempat yang mungkin menjadi studio artis tertua di dunia di Gua Blombos, selatan Kota Cape Town, Afrika Selatan. Tempat yang diperkirakan berusia 100.000 tahun itu digunakan untuk membuat dan menyimpan pigmen kemerahan disebut oker, biasa dipakai untuk melukis, dekorasi dan pelindung kulit.
Penemuan ini dilaporkan di jurnal Science, Jumat (14/10/2011) lalu. Penemuan tempat ini juga disertai dengan penemuan mangkuk batu penumbuk, cangkang untuk menyimpan, arang sebagai campuran pigmen, alat dari tulang serta alat pancing.

Setetes Makna

Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...

-- Pramoedya Ananta Toer