Minggu, 09 Oktober 2011

Grebeg Syawal, Ritual Sedekah Bumi Keraton Yogyakarta



Bagi warga Yogyakarta, perayaan Idul Fitri tak hanya dirayakan dengan acara temu keluarga besar atau saling bermaaf-maafan saja.  Namun,hari besar kemenangan ini dirayakan meriah oleh seluruh masyarakat yang ada di Yogyakarta baik penduduk asli maupun wisatawan dengan upacara tradisional Grebeg Syawal.

Perayaan Grebeg Syawal di Yogyakarta dilaksanakan untuk menyambut 1 Syawal 1432 Hijriah yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri 2011. Grebeg ini merupakan grebeg kedua di tahun ini setelah Grebeg Mulud dilakukan. Grebeg Mulud adalah  peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Prosesi grebeg yang berlangsung pada Rabu (31/8) ini  dilakukan dengan membawa  gunungan berisi hasil bumi dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.Pengarakan gunungan ini dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) H. Yudaningrat diikuti 10 bergodo (pasukan keraton).



Setelah  didoakan,gunungan diarak menuju Alun-Alun Utara dan disambut dengan tembakan salvo. Selanjutnya gunungan yang dikenal dengan nama Gunungan Lanang ini akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir.Menurut kepercayaan, mereka yang berhasil memperoleh hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa.

Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun dan tidak lepas dari pengaruh Islam di Jawa. Grebeg ini sebagai wujud ucapan terima kasih pada Tuhan karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan serta ritual  menyambut tahun baru hijriah atau Islam.

Tradisi yang menjadi salah satu keistimewaan Yogyakarta ini akhirnya bisa menunjukkan bahwa keraton Yogyakarta tak sekedar menjalankan fungsi negara,melainkan juga fungsi keagamaan. Keistimewaan tradisi ini pun terlihat ketika masyarakat bisa menyaksikan secara langsung para abdi dalem keraton yang membawa gunungan ini.

Sementara itu, setelah tradisi grebeg mulud dan  syawal dilakukan,warga Yogyakarta akan mengadakan Grebeg Besar pada perayaan Idul Adha mendatang.
  
Oleh Olivia Lewi Pramesti/national geographic.co.id

Tidak ada komentar:

Setetes Makna

Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...

-- Pramoedya Ananta Toer