seperti matahari, cinta ini
tak seorang pun menciptanya
bahkan engkau dan aku, bahkan mawar
yang berguru pada musim
serta para rahib
yang tekun menyimak wahyu
mereka tak mampu
mencipta cinta
tak seorang pun menciptanya
bahkan engkau dan aku, bahkan mawar
yang berguru pada musim
serta para rahib
yang tekun menyimak wahyu
mereka tak mampu
mencipta cinta
tapi kita yang polos dan berdosa
dapat memilikinya:
tanpa berguru pada musim
dan menjadi pertapa
cinta membuat kita mampu
mengerti segalanya
setiap kali membuka mata
wajahmu dan wajahku ikut terbuka
layaknya kitab
yang dapat dibaca dari arah mana saja
dan memberi makna
sebanyak yang kita minta
tapi, kita tak pernah tuntas
mempelajarinya
maka kita yang jatuh cinta
akan menderita, lebih dalam
dari ratap para rahib
lebih getir dari nyanyian mawar
di musim kering
tanpa berguru pada musim
dan menjadi pertapa
cinta membuat kita mampu
mengerti segalanya
setiap kali membuka mata
wajahmu dan wajahku ikut terbuka
layaknya kitab
yang dapat dibaca dari arah mana saja
dan memberi makna
sebanyak yang kita minta
tapi, kita tak pernah tuntas
mempelajarinya
maka kita yang jatuh cinta
akan menderita, lebih dalam
dari ratap para rahib
lebih getir dari nyanyian mawar
di musim kering
SAJAK OEDIPUS KEPADA IBUNYA
jika kau meninggalkan aku
dengan hati berapidan jika aku kau tinggalkan
dengan mata terbakar
maka pertemuan kita sempurna
tapi sebelum aku mati
kau harus ingat satu hal:
bahwa di sini
antara lidah dan jantungku
masih tersimpan pesan-pesanmu
dan getar suaramu
tetap berdenyut di leherku
menjadi nyawa
yang enggan pergi
kau buat aku tak bisa hidup
dan tak bisa mati
menjelma hantu abadi
melayang di atas hidupmu
coba tengok sekali lagi
lihat padam mataku padam
lihat dadaku lihat:
tak ada dendam
tak ada kekejian
keduanya telah musnah
ke dalam cinta yang aneh
dan jika kau sentuh pelipisku
atau kau usap pipiku
akan kau dapati parasku
pada paras anak lelakimu
yang tak lagi mengenalmu
sebagai ibu yang kudus
tapi mengenalmu
sebagai rahim dunia
tempat kebaikan dan kejahatan
berawal dan berakhir
kini, dengan segenap kegilaan
kita terima segala kutukan:
mataku yang terbakar membuta
dan hatimu yang berapi
menghancur di hatiku
SEPERTI TUHAN
malam ini namamu
kutanggung sebagai doa
yang gagal kupanjatkan
dengan mataku yang padam
dan lidahku yang patah
aku kehilangan peta
menuju tuhan
sudah lama aku tidak bicara
dengan langit dan planet-planet
sudah lama aku tak bicara
dengan diriku
segalanya adalah engkau
yang mencintaiku bagaikan tuhan
enggan dibagi atau terbagi
dengan apa dan siapa pun:
aku pun menyaksikan segalanya
setelah kau butakan mataku
maka kutinggalkan kau
dalam saat yang duka ini
aku ingin kau gembalakan sendiri
cinta dan bayang-bayangnya
sepanjang jalan yang dingin
dan penuh hantu
maafkan atas setiap dosa
yang belum kulakukan
karena cinta dalam diriku
tak punya ikatan dengan apapunStarry Night over the Rhone, Vinvent van Gogh
FaisalKamandobat adalah penyair, prosais dan eseis kelahiran Cigaru, Majenang, Cilacap. Karya-karyanya telah dimuat di berbagai media massa, majalah, jurnal, dan antologi bersama. Ia bergiat sebagai redaktur di Jurnal Puisi Indonesia Rumah Lebah, humas di Bale Sastra Kecapi Jakarta, pembina Jaringan Komunitas Sastra Pesantren Matapena dan Komunitas Kebun Makna, serta peneliti madya di Pondok Pesantren Kaliopak Yogyakarta. Sekarang sedang belajar di Departemen Antropologi Universitas Indonesia, Jakarta.
1 komentar:
lumayan romantis
Posting Komentar