Senin, 17 Oktober 2011

Buku: Mental Seorang Pemimpin

Siti Istianah
Siti Istianah
Alumni Pesantren Cigaru
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta

Ulasan buku
The Effective Psychology for Manager,  
Mortimer R. Feinberg, Ph.D
Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?


Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi. Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.


Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandang kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan.
Apa sih kedewasaan atau kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi ”ke” melainkan ”ke arah”. Ini berarti kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu.
Pergerakan maju ini unique bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan ”menjadi” atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen. Kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan kedewasaan itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang:
1. Dia menerima dirinya sendiri
Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Abraham Maslow berkata, ”Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya”. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.
2. Dia menghargai orang lain
Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.
3. Dia menerima tanggung jawab
Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.
4. Dia percaya pada diri sendiri
Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buahnya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.
5. Dia sabar
Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.
6. Dia mempunyai rasa humor
Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.
7. Dia mempunyai ketabahan, keuletan, dan daya tahan
Orang dewasa bukannya orang yang bebas dari beban. Namun dia selalu mampu bangkit dari goncangan-goncangan hidup, dan tidak berpura-pura seolah-olah semuanya baik. Dia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyesali keadaan. Kegagalan mungkin meremukkan orang yang lemah, namun bagi mereka yang dewasa, kegagalan menjadi pelajaran yang berharga.
8. Dia dapat membuat keputusan-keputusan
Orang yang dewasa, meski harus dengan sabar mengumpulkan fakta untuk memecahkan persoalan, dapat mengambil keputusan berdasarkan data-data yang kurang lengkap. Dia sadar bahwa terkadang dia harus mengambil tindakan berdasarkan keyakinan terhadap dirinya sendiri. Dia bersedia memikul resiko, namun tetap berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terbaik yang dapat diperolehnya. Dia tahu, jika harus menunggu semua kepastian, mungkin sekali dia akan ketinggalan kereta.
9. Dia memiliki integritas
Seseorang yang matang bukanlah orang yang mudah beralih dan menyimpang karena keinginan-keinginan yang muncul tiba-tiba, namun ia dapat beralih dari satu topik ke topik lain tanpa menjadi kacau dan bingung. Dia bukan orang yang menyerak-nyerakkan energinya sia-sia.
10. Dia senang bekerja
Seseorang yang beremosi sehat dan berkepribadian matang tahu bagaimana menikmati pekerjaannya. Dia jarang bermalas-malasan. Dia menghargai pekerjaannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam melakukan sesuatu yang baik. Namun demikian banyak orang yang bekerja sebagai bentuk pelarian atau persembunyian dari persoalan berat dan kekecewaan dalam kehidupan pribadinya. Dorongan yang tidak sehat ini memang bisa membuat perusahaan tempat mereka bekerja mendapat keuntungan, tetapi tidak adil bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang dewasa, bekerja adalah jalan untuk membangun monumen masa depan mereka. Bekerja merupakan jalan untuk menunjukkan dedikasi mereka, dan menjaga diri untuk tidak berkubang dalam kecemasan-kecemasan dan persoalan mereka sendiri.
11. Dia mempunyai prinsip-prinsip yang kuat
Seseorang yang matang dan dewasa tidak mudah menyerah dalam memegang teguh prinsip-prinsipnya, namun ia luwes jika itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Dia mempunyai perasaan nilai yang kuat yang menjadi pembimbingnya dalam bertingkah laku. Bagi mereka yang dewasa, perusahaan dipandang sebagai sebuah makhluk hidup yang perlu untuk diasuh dan dilindungi. Ini menjadikan mereka begitu keras dalam menghadapi orang lain jika keberadaan perusahaan perlu diselamatkan.
12. Dia seimbang
Seseorang yang sudah berkepribadian dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang berkeseimbangan. Dia sanggup bekerja keras namun juga mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan serta menikmati waktu senggangnya. Dia menyadari perannya dalam perspektif yang lebih besar dan lebih luas.

Bagaimana Mengukur Kedewasaan Anda?
Kedewasaan adalah proses menjadi (a process of becoming). Untuk menilai tingkat kedewasaan anda sendiri, anda perlu melihat dan mencari tanda-tanda pertumbuhan. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan jawablah dengan ”ya” atau ”tidak”. Ingat, tidak ada skor dan tidak ada juga jawaban yang benar atau salah. Daftar pertanyaan ini dapat membantu anda melihat diri anda sendiri secara obyektif. Bila anda mampu melakukannya, anda sudah melangkahkan kaki menuju langkah pertama yang penting bagi pendewasaan diri anda; yaitu menerima diri sendiri.
1–Apakah anda mau menerima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh bawahan anda?
2–Apakah bisa mendengarkan orang lain dengan sabar walaupun anda tidak setuju dengannya?
3–Apakah anda mau memeriksa kembali pendapat diri anda sendiri yang biasanya anda anggap sebagai sebuah kebenaran dan hal yang pasti?
4–Apakah anda mengambil satu atau dua minggu libur setiap tahunnya?
5–Apakah anda sanggup menerima reaksi atau umpan balik tentang diri anda, termasuk kritik yang tidak menyenangkan perasaan anda?
6–Apakah anda tidak begitu mudah mengalami perasaan dongkol pada teman-teman sekerja anda? Apakah anda mudah dalam menghadapi mereka?
7–Apakah anda berani mengambil sebuah keputusan yang tidak populer mengenai sesuatu yang anda yakini kebenarannya?
8–Apakah anda menyambut gembira saran-saran dan diskusi dengan bawahan anda?
9–Apakah anda merasa percaya diri bahwa anda dapat menangani persoalan-persoalan anda?
10–Apakah anda merasa tenang dalam pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi?
11–Apakah anda secara sukarela menerima suatu tantangan baru atau tanggung jawab tambahan baru?
12–Apakah anda berusaha untuk memperbaiki keahlian dengan cara membaca buku bermutu, mengikuti seminar, dan belajar?
13–Apakah anda membina pembantu anda sehingga dapat mengambil alih sebagian pekerjaan dan tangung jawab anda?
14–Apakah anda mengembangkan minat baru dalam organisasi sosial, hobi, dan lain-lain?
15–Apakah anda cenderung menolong orang lain ketimbang mengkritiknya?
16–Apakah anda senantiasa memperbaiki kemampuan anda dalam merencanakan dan menggunakan waktu anda?
17–Apakah anda belajar mewakilkan atau mendelegasikan tugas-tugas anda?
18–Apakah anda merasa baik dalam bergaul dengan bawahan anda dan tidak merasa terancam oleh mereka?
19–Apakah anda jarang marah?
20–Apakah anda mampu melihat segi-segi humor dalam kebanyakan peristiwa?
21–Apakah anda mempunyai waktu yang cukup untuk keluarga anda?
22–Apakah anda mempunyai pendapat-pendapat baru mengenai diri anda sendiri?
23–Apakah anda mempunyai sahabat-sahabat baru?
24–Apakah anda mengubah pendapat dan perasaan anda mengenai beberapa hal?
25–Apakah anda bisa hidup tenang dengan persoalan yang belum anda temukan pemecahaannya?
26–Apakah cukup banyak orang yang meminta dan mencari nasehat atau bantuan dari anda?
27–Apakah anda semakin banyak melakukan sesuatu dengan lebih sedikit usaha?
28–Apakah anda mempunyai sesuatu keyakinan yang semakin kuat tentang kebenaran-kebenaran dasar, mengenai agama, filsafat, yang anda yakini?

Tidak ada komentar:

Setetes Makna

Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...

-- Pramoedya Ananta Toer