KEPADA YANG TERSEMBUNYI
aku melihat sungai
mengalir di wajahmu
udara adalah kulitmu
dan matamu kulihat
pada segala yang kulihat
serupa cermin yang murni
sekali kau berkata padaku
lewat bunga yang mekar
serupa merah bibirmu
serupa keabadian
yang jatuh ke dalam waktu
engkau adalah peristiwa
yang runtuh di masa lalu
engkau adalah masa depan
yang menyusup
ke dalam mimpi sadar
dan di mana aku melangkah
melewati hamparan pasir
yang melayang di angkasa
aku pergi melewatimu:
Cipari 2007
KEPADA SETIAP MAWAR
janganlah takut bila terpikirkan olehmu
kelopakmu yang indah akan layu
lalu gugur dan tenggelam
ke dalam debu yang dulu menyimpan
kerinduan benihmu
janganlah takut, karena bila kau takut
bagaimana mereka akan bahagia mendapatimu
memancarkan warna merah yang duka
maka dengan segenap keindahan dan durimu
tadahkan seluruh dirimu mencecap syukur
kepada musim dan matahari yang memberimu
beberapa menit yang indah—atau satu detik
dalam keindahan yang luas dan abadi
Yogyakarta 2006
aku melihat sungai
mengalir di wajahmu
udara adalah kulitmu
dan matamu kulihat
pada segala yang kulihat
serupa cermin yang murni
sekali kau berkata padaku
lewat bunga yang mekar
serupa merah bibirmu
serupa keabadian
yang jatuh ke dalam waktu
engkau adalah peristiwa
yang runtuh di masa lalu
engkau adalah masa depan
yang menyusup
ke dalam mimpi sadar
dan di mana aku melangkah
melewati hamparan pasir
yang melayang di angkasa
aku pergi melewatimu:
Cipari 2007
KEPADA SETIAP MAWAR
janganlah takut bila terpikirkan olehmu
kelopakmu yang indah akan layu
lalu gugur dan tenggelam
ke dalam debu yang dulu menyimpan
kerinduan benihmu
janganlah takut, karena bila kau takut
bagaimana mereka akan bahagia mendapatimu
memancarkan warna merah yang duka
maka dengan segenap keindahan dan durimu
tadahkan seluruh dirimu mencecap syukur
kepada musim dan matahari yang memberimu
beberapa menit yang indah—atau satu detik
dalam keindahan yang luas dan abadi
Yogyakarta 2006
ODE BAGI YANG TAK DIKENAL
Aku ingin mendekat dan mengenalmu:
Mengenal bagaimana kau bangun
dan melangkah di tengah dunia
Bagaimana kau sentuh ranting kering
dan membuat mawar tumbuh darinya
Aku ingin mengenal bagaimana
Matamu menutup dan menyimpan
mimpi yang kecuali aku
tak seorang pun tahu
Aku ingin mengenal
Setiap udara yang kau hirup
Serta wangi yang kau hembuskan
Aku ingin mengenalmu kian dekat
Hingga aku mengenalmu
Layaknya aku mengenal diriku sendiri
Aku ingin menjadi akrab dengan kulitmu
Layaknya udara akrab denganku
Aku ingin menjadi akrab dengan suaramu
Layaknya aku akrab dengan kata hatiku
Aku ingin mengenalmu hingga
Aku mengenal segalanya;
Dan setiap bunga nama yang tumbuh
Mengakar padaku memancar padamu
November '07-Mei '08
SEPASANG MATA
lebih sunyi dari sebuah cermin
matamu bening bagai hati pencinta
dimana aku melihat diriku
menatap bagai malam padamu
kau yang menatap asing padaku
perhatikan bayang-bayangmu
tersimpan di kedalaman mataku
bagai cahaya menunjuk pusat kegelapan
apa dan kemana kau mencari
aku bersemayam di atas matamu
mengikuti bagai arah dan waktu
bila mataku terpejam, kau bersembunyi
menjelma mata air yang mengalir di tubuhku
sebagai kehangatan dan cahaya teduh yang abadi
Yogyakarta '05-'07
lebih sunyi dari sebuah cermin
matamu bening bagai hati pencinta
dimana aku melihat diriku
menatap bagai malam padamu
kau yang menatap asing padaku
perhatikan bayang-bayangmu
tersimpan di kedalaman mataku
bagai cahaya menunjuk pusat kegelapan
apa dan kemana kau mencari
aku bersemayam di atas matamu
mengikuti bagai arah dan waktu
bila mataku terpejam, kau bersembunyi
menjelma mata air yang mengalir di tubuhku
sebagai kehangatan dan cahaya teduh yang abadi
Yogyakarta '05-'07
MATAHARI DAN BAYANG-BAYANG
bila kau lihat matahari di kaki langit
maka aku ada di belakangmu
sebagai bayang-bayang
dan bila kau lihat bayang-bayangmu
maka aku adalah matahari
yang menciptanya
Majenang '04
DUNIA MENYATUKAN KITA
dunia ini milikku, dunia ini milikmu
awalnya kita berbagi
bagiku jalan yang sungguh milikku
bagimu jalan yang sungguh milikmu
dan ketika pada satu jalan
dunia ini menemukan kita;
kau memilikiku dan aku memilikimu
ambillah mataku, ambillah lenganku,
ambillah jantungku untuk mengalirkan darahmu
ambillah tubuhku untuk hidupmu
ambillah hidupku agar ia sempurna
dunia ini milikmu juga milikku
dunia ini milikku juga milikmu
tanpa kita berbagi lagi
Yogyakarta '06
bila kau lihat matahari di kaki langit
maka aku ada di belakangmu
sebagai bayang-bayang
dan bila kau lihat bayang-bayangmu
maka aku adalah matahari
yang menciptanya
Majenang '04
DUNIA MENYATUKAN KITA
dunia ini milikku, dunia ini milikmu
awalnya kita berbagi
bagiku jalan yang sungguh milikku
bagimu jalan yang sungguh milikmu
dan ketika pada satu jalan
dunia ini menemukan kita;
kau memilikiku dan aku memilikimu
ambillah mataku, ambillah lenganku,
ambillah jantungku untuk mengalirkan darahmu
ambillah tubuhku untuk hidupmu
ambillah hidupku agar ia sempurna
dunia ini milikmu juga milikku
dunia ini milikku juga milikmu
tanpa kita berbagi lagi
Yogyakarta '06
PENIUP SERULING
setiap kali kuraba dadamu
luka-luka itu terlindungi
oleh letakan tangan juga jiwaku
setiap kali kita berciuman
jiwa kita yang rapuh
bertemu dalam lagu yang sedih
bersamamu serulingku
aku akan terus bernyanyi
akan terus bernyanyi
sampai angin mencatat notasinya
lalu di suatu tempat suatu waktu
akan ia nyanyikan, duka kita
untuk yang mati
dan yang tak bisa mati
Yogyakarta '05
Alfiyan Harfi adlah penyair dan pengelana, alumni PP Cigaru. Ia pernah aktif di berbagai komunitas seni-budaya di Cipari, Cilacap dan Yogyakarta. Karya-karyanya, baik puisi mupun terjemahannya telah di publikasikan di berbagai buletin, media massa dan antologi bersama. Selain pandai menulis, ia juga pandai bermain gitar dan seruling. http://alfiyan-harfi.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar