Pada Malam hari, tugu jogja akan selalu dipenuhi anak-anak muda baik dari jogja maupun kota-kota lainnya. Di sana mereka mengambil foto, bersenda gurau, atau bermain sepeda. Tugu Jogja telah menjadi ikon kota ini sehingga orang-orang selalu mengaitkan diri dengan Jogja melalui tugu tersebut.
Aku sering lewat di tugu Jogja tapi belum pernah foto di sana. Paling aku hanya diduk di sana sambil merokok melihat anak-anak muda urban lagi pada mengambil foto. Rasanya mereka begitu ceria dan indah serta mempesona. Kalau saja aku bisa seperti mereka, dengan baju bagus dan percaya diri berfoto di sana.
Aku pun jadi ingat dulu tugu Jogja begitu sepi. Orang-orang malas ke tugu atau malu. Mungkin karena jaman itu kamera amsih merupakan barang mewah. Sementara sekarang sudah kayak tusuk gigi atau korek bagi setiap orang. Kalau udah begitu, aku berusaha mengenenal jogja sebagai ikon kota Jogja dengan sejarah dan buaday anak mudanya lebih dari sekedar Tugu Jogja
Selasa, 02 September 2014
Minggu, 31 Agustus 2014
Sejarah Pers Indonesia dan Media Budaya
Sejarah Pers Indonesia dimulai dari media-media iklan di jaman penjajahan Belanda. Dari saja kemudian berkembang meenjadi media yang menjual informasi dengan iklan sebagai penopang media. Media-media tersebut pada awalnya adalah media-media kemeerdekkan seperti Harian Rakyat, Suluh Indonesia, Indonesia Raya, dan lain-lain.
Perkembangan berikutnya media semakin spesifik. Ada media politik, bisnis, gaya hidup, bahkan media humor. Lalu ada juga media buadaya seperti Kancah, Manusia, Horison, Basis, Lesbumi, dan lain-lain. Salah satu media budaya yang sedang naik daun adalah Jogja Review dengan semboyan Jogja Bukan Sekedar Melihat karena menampilkan info seni, budaya dan politik dengan kemasan enternainmen sehingga digemari anak muda Jogja yang kebayakan adalah anak mahasiswa yang kritis dan kreatif.
Perkembangan berikutnya media semakin spesifik. Ada media politik, bisnis, gaya hidup, bahkan media humor. Lalu ada juga media buadaya seperti Kancah, Manusia, Horison, Basis, Lesbumi, dan lain-lain. Salah satu media budaya yang sedang naik daun adalah Jogja Review dengan semboyan Jogja Bukan Sekedar Melihat karena menampilkan info seni, budaya dan politik dengan kemasan enternainmen sehingga digemari anak muda Jogja yang kebayakan adalah anak mahasiswa yang kritis dan kreatif.
Langganan:
Postingan (Atom)
Setetes Makna
Tanpa keberanian, engkau hanyalah ternak...
-- Pramoedya Ananta Toer
-- Pramoedya Ananta Toer